Pemikiran Serafeddin berpengaruh besar bagi kemajuan kedokteran dunia.
Suasana keilmuan di Amasya memberi pengaruh tersendiri bagi
Serafeddin Sabuncuoglu. Daerah yang berada Anatolia Tengah memang
dikenal sebagai pusat ilmu, perdagangan, dan seni. Lingkungan yang
sarat tradisi keilmuan seakan membawanya larut di dalamnya. Ia merambah
ke dalam luasnya ilmu kedokteran.
Kemampuannya kian terasah saat ia bergabung dengan rumah sakit di
Amasya yang dibangun pada 1308 Masehi oleh Pemerintah Turki Usmani.
Selama 14 tahun berpraktik di sana, Serafeddin telah melakukan sejumlah
operasi pada tubuh manusia. Lalu, merintis teknik sterilisasi,
analgesi atau menahan rasa sakit, dan anastesi atau pembiusan.
Teknik-teknik itu sangat penting dalam proses pembedahan. Ketiga
teknik yang ia kembangkan berbasis pada pemanfaatan kandungan khasiat
tanaman obat. Adalah akar tanaman mandrake serta minyak almond yang menurut eksperimen medisnya ternyata bisa digunakan untuk melakukan anelgesi ataupun anestesi.
Pada tanaman mandrake, terdapat sejumlah zat yang bisa digunakan
sebagai obat penenang dan pembiusan. Ibrahim Basagaoglu, pakar medis
dari Departemen Sejarah Kedokteran dan Ilmu Anestesi, Universitas
Istanbul, pada artikel “Anesthesia Techniques in the Fifteenth
Century”, menyampaikan kekagumannya pada Serafeddin.
Menurut dia, di samping menemukan kombinasi tanaman obat yang tepat,
Serafeddin juga berhasil merintis teknik dan prosedur anestesi modern.
Serafeddin menuliskannya dalam kitab kedokteran yang membuatnya
terkenal, yaitu Cerrahiye-i Ilhaniye. Kitab ini ditulis saat ia berusia 80 tahun.
Serafeddin memaparkan, beberapa pasien bisa tahan ketika dilakukan
katerisasi, sebagian lainnya tidak. Maka itu, obat bius atau murkid perlu disiapkan. Ia pun memberikan langkah-langkah pembuatan ramuan anestesi tersebut.
Akar tanaman mandrake (luffah) diambil sebagian, lalu dicampurkan ke dalam minyak almond.
Biarkan selama satu malam. Setelah itu, berikan satu sendok larutan
kepada pasien setelah makan. Beberapa menit kemudian, sang pasien sudah
tertidur.
Ia juga mengingatkan, pemberian obat bius itu harus memperhatikan
dosis secara akurat. Bagi orang dewasa, takarannya satu sendok makan.
Untuk pasien anak-anak, cukup separuhnya. Ia meminta para dokter dan
ahli bedah tidak menambah atau mengurangi dosis agar menghindari
malapraktik. Prosedur anestesi dan pembuatan obat anestesi merupakan
sumbangsih berharga Serafeddin di dunia kedokteran.
Ia menyempurnakan teknik serupa yang sudah berlangsung sejak dahulu
kala. Sejarah menyebutkan, anestesi telah dipakai dalam lingkup
pengobatan pada zaman peradaban Mesir, Mesopotamia, Assyria, Yunani,
hingga Romawi kuno. Masyarakat kuno menggunakan tanaman opium, selain
mandrake, untuk keperluan ini.
Kandungan zat pada tanaman opium juga efektif dalam proses anestesi
dan pengurang rasa sakit. Era kejayaan Islam meneruskan tradisi ini
dengan memanfaatkan khasiat tanaman tersebut secara luas dalam praktik
medis. Al Razi (845-930) adalah dokter dan ahli bedah Muslim kenamaan
yang memakai tanaman itu dalam operasi.
Demikian pula dengan Abu Qasim al Ammar (936-1013). Ia kerap
mengandalkan tanaman opium dan mandrake pra dan pascaoperasi
pembedahan. Ia bahkan menuangkan teknik yang digunakannya dalam buku
bertajuk al-Tashrif. Pada buku Canon of Medicine, Ibnu Sina mengatakan bahwa opium dan mandrake sebagai tanaman obat paling efektif. Khususnya dalam anestesi dan analgesi.
Empat abad berikutnya, Serafeddin memperkuat teori dan praktik
pemanfaatan tanaman obat, semisal opium dan mandrake, pada proses
anestesi ataupun pengobatan sakit kepala dan luka terbuka. Seperti
dokter dan ahli bedah Muslim lainnya, ia juga menggunakan teknik
anestesi dengan cara hirup.
Bahan spons dicelupkan pada larutan dari campuran tanaman mandrake,
opium, dengan minyak almond. Kemudian, ditutupkan ke hidung pasien. Tak
berapa lama, pasien itu tertidur dan dapat dioperasi. Tak hanya mahir
di bidang anestesi, bedah menjadi keahlian lainnya yang ia kuasai
dengan baik.
Kontribusi paling penting adalah penyebaran pengetahuan bedah anak.
Ia mengkaji secara mendalam sejumlah aspek mengenai bidang ini. Salah
satu bagian dari buku Cerrahiye-i Ilhaniye membahas teknik bedah anak. Lewat buku itu, bidang bedah anak memperoleh pijakan kuat pada lingkup kedokteran.
Penjelasan sistematis dan berbagai modifikasi medis dalam buku tadi
membuatnya dijadikan salah satu referensi utama buku-buku terkait
operasi bedah, selain buku karya al-Zahrawi. Serafeddin mengembangkan
teknik bedah anak yang mencakup praktik operasi bedah bayi, balita, dan
anak-anak.
Secara umum, beberapa terobosan baru mampu dihasilkan, misalnya
menyangkut proses bedah, teknik bedah, instrumen bedah, dan penanganan
setelah operasi. Prosedur yang dilakukan merupakan kombinasi dari
metode bedah anak yang sudah dipraktikkan di dunia kedokteran Yunani,
Arab, Persia, dan Romawi.
Ragam inovasi pada prosedur anestesi, analgesi, ataupun operasi
bedah dari Serafeddin berpengaruh besar bagi kemajuan ilmu kedokteran
di seluruh dunia. ed: ferry kisihandi
Menawarkan Inovasi
Praktisi kedokteran modern terus mempelajari risalah yang ditulis Serafeddin Sabuncuoglu, yaitu Cerrahiye-i Ilhaniye.
Buku ini berisi penjelasan lengkap mengenai ilmu bedah. Kitab itu
diakui sebagai salah satu ensiklopedi bedah terlengkap dari era Turki
Usmani.
Buku tersebut disusun Serafeddin saat telah berusia 80 tahun. Akan
tetapi, usia lanjut tidak menyurutkan semangatnya dalam berkarya dan
memberikan sumbangan intelektual berharga. Menurut Ibrahim Basagaoglu,
pakar medis dari Universitas Istanbul, karya Serafeddin itu merupakan
buku bedah pertama yang dilengkapi gambar ilustrasi.
Secara keseluruhan, buku itu terdiri dari tiga bab, 191 pokok
bahasan, dan 412 halaman. Di seluruh dunia, terdapat tiga salinan buku
ini. Salinan pertama saat ini masih disimpan di Perpustakaan Fatih
Millet, Istanbul, Turki. Salinan kedua berada di Departemen Sejarah
Kedokteran di Universitas Istanbul. Dan, Salinan terakhir dapat
ditemukan di Perpustakaan Biblioteaque, Paris, Prancis.
Sejarawan medis dari Departemen Ilmu Bedah Anak Universitas
Istanbul, Nil Sari, menyampaikan pujian terhadap karya Serafeddin. Ia
mengatakan, selain ilustrasi prosedur operasi bedah, risalah itu
berperan penting dalam pengembangan teknik bedah.
Serafeddin mampu mengombinasikan prosedur bedah dari peradaban
Yunani, Arab, dan Turk, dengan berbagai inovasi yang diciptakannya
sendiri. Hasilnya adalah sebuah praktik ilmu bedah dengan teknik
cemerlang hingga berpengaruh luas di belahan benua Eropa.
Disebutkan Nil Sari, walau telah banyak literatur kedokteran yang
membahas teknik bedah, akan tetapi bidang ini belum sepenuhnya digali
secara sistematis. Keistimewaan karya Serafeddin adalah penjelasannya
yang lengkap mengenai teori dan praktik bedah anak.
Pada pertemuan asosiasi bedah anak di Yunani pada 1983, Nil Sari
mengungkapkan bahwa hanya Serafeddin yang secara konsisten
menerjemahkan Buku Petunjuk tentang Pembedahan yang disusun al-Zahrawi. Ia kemudian memodifikasi teknik, instrumen, dan prosedur bedah dari ilmuwan legendaris tersebut.
Cerrahiye-i Ilhaniye, ujar Nil Sari, membahas empat bidang
penting, yaitu teknik kateterisasi; bedah umum, termasuk pediatri dan
bedah plastik; ortopedi; serta persiapan operasi. Di dalamnya mengkaji
tentang berbagai penanganan bedah, antara lain penyembuhan hydrocephalus, pengobatan jari, pengobatan anus, dan sunat anak.
Di sisi lain, Serafeddin memandang penting bidang farmasi, terutama
keberadaan fasilitas apotek. Hendaknya, apotek tersedia di banyak
tempat sehingga memudahkan masyarakat memperoleh obat-obatan. Karya
medisnya yang lain adalah buku berjudul Mucerrebname (Dalam Perjuangan).
Sumber: Republika (26/10/2010)
Para Penulis yang Mengukir Inspirasi Bagi Dunia
-
Tulisan memiliki kekuatan luar biasa untuk menginspirasi, mengubah, dan
mengukir ketenaran bagi banyak tokoh dunia. Banyak individu yang telah
mencapai ket...
1 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.