Ketika KERJAMU TIDAK DIHARGAI, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN. Ketika USAHAMU dinilai TIDAK PENTING, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN. Ketika HATIMU terluka SANGAT DALAM, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN. Ketika kau harus LELAH & KECEWA, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.

Jadwal Sholat Batam

Rabu, 04 Mei 2011

Isy Kariman aw Mut Syahidan


Isy Kariman aw Mut Syahidan. Hidup Mulia Atau Mati Syahid. Slogan ini oleh aktivis Islam Liberal dianggap sebagai Slogan Pembangkit Militansi, ‘Teologi Maut’ yang negatif dan menghancurkan dan tidak sesuai dengan Islam. Jawa Pos, sebuah harian yang rajin mengekspos ide-ide sekuler dan liberal menurunkan tulisan sejak tanggal 26 September 2009 secara berseri untuk membahasnya. Tercatat ada 8 orang penulis, mulai dari Syafi’i Anwar hingga Kamaruddin Hidayat, termasuk Musdah Mulia ikut ambil bagian membuat tulisan pesanan tersebut.
Ironisnya, dalam membicarakan hidup mulia dan mati syahid tersebut tidak ada seorang pun penulisnya yang merupakan representasi seorang mujahid, atau ulama mujahid. Bahkan mengutip dari para mujahid atau ulama mujahid saja juga tidak, kecuali untuk ‘dipelintir’ maksudnya. Karena hampir seluruh penulisnya aktivis Islam liberal, maka arah dan kecenderungan tulisannya pun sudah bisa ditebak, yakni membela mati-matian ide liberalisme dan pluralisme serta menolak ide syariat Islam dan jihad. Lantas, apakah makna dari slogan Isy Kariman aw Mut Syahidan yang sebenarnya?
 

Rabu, 27 April 2011

Teror NII dan Deradikalisasi (Target Di Balik Isu NII)

foto: mediaindonesia.com
Oleh Harits Abu Ulya(Pemerhati Kontra-Terorisme & Ketua Lajnah Siyasiyah DPP-HTI)

foto: mediaindonesia.comSiapa yang tidak kenal dengan Densus88 ? hampir semua orang Indonesia familiar dengan satu nama ini. Apalagi dalam isu terorisme selalu tampil bak bintang film dan “pahlawan”. Tapi saat ini banyak orang mulai akrab dengan sebuah lembaga baru yang bernama BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), karena para pejabatnya sering nongol di layar kaca menjadi “artis” dalam isu “terorisme”, dipimpin seorang yang selevel menteri dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Apa bedanya antara dua institusi di atas ? Yang paling penting adalah, BNPT memiliki kewenangan luas dan khusus di bidang kontra-terorisme. Dan Densus88 menjadi bagian dari instrument penindakan BNPT.

Isi BNPT juga nyaris bukan orang baru, banyak orang Densus88 di tarik menjadi Deputi atau direktur di Lembaga baru yang dibentuk melalui kepres No. 46 tahun 2010, resmi di teken Presiden tanggal 16 Juli 2010. Dan sejak BNPT berjalan maka isu-isu terkait “terorisme” orang-orang BNPT yang sering tampil di muka media. Bahkan ketua BNPT, Ansyad Mbai Laksana seorang orator politik; banyak membangun opini dan propaganda yang tendensius dengan seabrek kepentingan politiknya dibanding bicara fakta. Sejauh ini belum terbuka di hadapan publik tentang mekanisme kontrol terhadap kerja lembaga BNPT.

Hal yang menarik dari BNPT, keseriusannya melakukan langkah “lembut” (soft measure) dibawah payung strategi yang bernama “deradikalisasi”. Sebuah strategi bagian dari proyek “kontra-terorisme”. Dan ini harus jalan karena pendekatan secara keras dianggap belum bisa mereduksi dan menghabisi seluruh potensi yang mengarah kepada tindakan “terorisme”. Bahkan dianggap belum efektif menyentuh akar persoalan terorisme secara komprehensif. Strategi penegakan hukum juga dirasa kurang memberikan efek jera dan belum bisa menjangkau ke akar radikalisme. Sekalipun diakui cukup efektif untuk “disruption”, ia tidak efektif untuk pencegahan dan rehabilitasi sehingga masalah terorisme terus berlanjut dan berkembang. Jadi ini adalah sebuah program yang lebih banyak berbentuk pendekatan lunak (soft approach), baik kepada masyarakat luas, kelompok tertentu maupun individu tertentu yang dicap “radikal”, “teroris” dan semacamnya.

Maka wajar saja jika proyek seperti ini rawan munculnya tehnik kotor untuk memuluskan. Artinya perlu diciptakan kondisi dan situasi yang bisa memediasi program berjalan seperti yang diharapkan. Mengingat dari strategi yang ditempuh, obyek sasaran jangka panjangnya jelas-jelas adalah kelompok yang dianggap megusung ideologi radikal atau fundamentalis. Dalam kontek ini ada pendekatan formal, salah satu bentuknya semisal langkah BNPT menggandeng MUI di akhir 2010 dengan membuat program Halaqoh Nasional Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme.

Acara ini diselenggarakan di enam kota besar Indonesia, meliputi Jakarta (11 Nopember), Solo (21 Nopember), Surabaya (28 Nopember), Palu (12 Desember) dan terakhir di Medan (30 Desember) tahun lalu. Proyek BNPT tapi Penggagas acara ini diatas namakan MUI Pusat dan Forum Komunikasi Praktisi Media Nasional (FKPMN) yang di ketuai oleh Wahyu Muryadi (Pimred Majalah Tempo).

Ketika agenda ini berlangsung, fakta berbicara lain; hampir disemua tempat mendapatkan resistensi dari kalangan ulama’ dan tokoh masyarakat, audien cukup kritis, karena melihat banyak kesenjangan dan kejanggalan antara “niat baik” BNPT dengan fakta dilapangan yang membuat umat Islam merasa terdzalimi. Sebuah fakta yang tidak bisa diingkari dalam upaya menumpas “terorisme”; sarat pelanggaran HAM, extra judicial killing terhadap orang-orang yang disangka “teroris”, seolah berjalan nyaris tanpa koreksi plus opini memojokkkan Islam; terorisme identik dengan Islam.

Bahkan tindakan “Hard Power” yang dipertotonkan ke publik oleh aparat menjadi inspirator sumber kekerasan dan membuat siklus kekerasan yang tidak berujung. Negara berubah menjadi “state terrorism”, akhirnya tanpa disadari melahirkan benih perlawanan baru dari berbagai level dengan beragam cara.

Selasa, 26 April 2011

Islam Kaffah

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu."
(Qs. al-Baqarah 2:208)

Ayat diatas merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah atau secara keseluruhan, benar-benar, sungguh-sungguh.

Apa maksudnya ?
Pengalaman telah mengajarkan kepada kita, betapa banyaknya manusia-manusia yang mengaku telah beriman kepada Allah, mengaku meyakini apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dia juga mengaku beragama Islam akan tetapi pada hakekatnya mereka tidaklah Islam.

Islam hanya dijadikan topeng, cuma sekedar pajangan didalam KTP yang sewaktu marak aksi demonstrasi dipergunakan sebagai tameng didalam menindas orang-orang yang lemah, melakukan aniaya terhadap golongan minoritas serta tidak jarang dijadikan sarana untuk menipu rakyat banyak.
Allah tidak menghendaki Islam yang demikian.

Islam adalah agama kedamaian, agama yang mengajarkan Tauhid secara benar sebagaimana ajaran para Nabi dan Rasul serta agama yang memberikan rahmat kepada seluruh makhluk sebagai satu pegangan bagi manusia didalam menjalankan tugasnya selaku Khalifah dimuka bumi.

Dalam surah al-Baqarah 2:208 diatas, Allah memberikan sinyal kepada umat Islam agar mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam Islam secara kaffah ?

Sabtu, 23 April 2011

Kasus Cuci Otak dan Buruknya Sistem Pendidikan di Indonesia

Cuci otak dan buruknya sistem pendidikan di Indonesia nampaknya sangat berkaitan. Bagaimana kasus cuci otak bisa menjalar dari ABG sampai dgn Mahasiswa ? Dan mengapa dikaitkan dengan ajaran Islam berupa kelompok NII yg sesat, padahal kalau dilihat dgn cermat yg diserang dan justru tidak menguntungkan bagi dakwah Islam yang mulia ? Ada apa sebenarnya ?

Buruknya sistem pendidikan di negeri kapitalis hedonis spt Indonesia seharusnya bisa menjadi jawaban awal dalam melihat kasus ini. Bagaimana tidak, mayoritas pemeluk agama Islam ada di Indonesia (setidaknya begitu menurut data statistic) namun pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum sangatlah sedikit dalam segi waktu maupun muatannya. Tidak cukup untuk mendidik seorang anak untuk memikirkan tentang hakikat hidup dan tujuannya. Banyak hukum yg sering dilanggar apalagi diketahui, makanya tidak heran di sekolah-sekolah berbasis Islam pun tidak luput dari kemaksiatan perilaku penghuninya mulai dari pacaran hingga berzina, yg akhwat mengenakan kerudung hanya saat di sekolah, bergunjing, bolos, perkelahian, pornografi, music yg kebablasan hingga gandrung kepada konser idolanya, dll. Ini sekolah yg berbasis Islam apalagi yg sekolah umum, tidak heran bila mungkin lebih parah lagi.

Padahal dari segi psikologis, seorang ABG menghabiskan waktunya paling banyak untuk pencarian diri. Ibaratnya menjunjung di langit tidak, menapak di bumi juga tidak begitu kata ahli psikologi forensic yg saya lihat di tv bang one kemarin. Jika ABG diartikan masih dalam masa pencarian, apa yg mereka cari dan bagaimana ilmu yg bisa memberikan mereka kepada tujuan pencarian yang benar ? Jawabannya yg shoheh bagi orang yg beragama Islam tentunya adalah agama Islam beserta aturan kehidupannya, tidak ada yg lain. Maka tidak heran jika sebagian ABG hingga mahasiswa lebih banyak mencari jawaban-jawaban dalam memecahkan masalah kehidupan yg dihadapinya maupun yg terjadi di negara ini diluar jalur pendidikan formal, karena darisana menawarkan begitu banyak pemikiran dan jalan yg dapat mereka ambil disertai dengan dalil-dalilnya yg sering tidak mereka kritisi kebenarannya. Beruntung bagi mereka yg menemukan kelompok diskusi yg membawa kepada kebenaran yg hakiki, bukan kepada aliran sesat dan menyesatkan.
Setelah sekian banyak kasus diatas yg sebenarnya sudah terjadi sejak bertahun-tahun yg lalu mengapa baru sekarang diangkat dan kemudian muncul dalam bentuk yg lebih ekstrim berupa bom dimana-mana ? Apakah ada kesengajaan dari pemegang kebijakan dan aparatnya untuk merusak generasi Islam dan siap sedia memanfaatkannya untuk menjatuhkan kemuliaan Islam dan ummatnya ? Jawabannya yg sangat paling mudah adalah, “Siapa yg diuntungkan dengan adanya kasus ini ?”

Lemahnya pertahanan Negara ini bukan karena aparatnya yg memegang senjata usang karena tidak masalah senjata usang kalau yg dihadapi rakyatnya sendiri yg tidak bersenjata bukannya aggressor asing dengan senjata canggih. Makin lemahnya Negara ini tidak lain adalah karena semakin lemahnya mental masyarakatnya, pemikiran dan perasaannya mereka sdh tidak karuan. Kebebasan yg tidak ada aturan halal haram menjadi penyebab utama, betapa ketika anak yg hendak beranjak dewasa belum juga menemukan jati diri yg sempurna, lahirlah si kecil yg sejak bayi sudah disuguhi dengan pendidikan tv yg serba boleh. Jadi masalah dari 1 generasi ke generasi berikutnya tidak pernah terselesaikan.
Mari kita kembali kepada pertanyaan, “Siapa yg diuntungkan dengan adanya kasus ini ?” ummat Islam bukan, kepentingan asing dengan agen-agennya di dalam negeri ? Begitulah kira-kira angin yg berhembus sekarang seiring dgn adanya RUU Intelijen yg didesak untuk disahkan.

Aneh bin ajaib, ketika kasus bom dan cuci otak yg justru berkedok Islam dan menjatuhkan kemuliaan Islam kemudian muncul solusi yg justru akan dipakai untuk memberangus aktivis Islam dan pemikiran Islam yg selama ini disebarkan dengan cara intelektual, damai dan tanpa kekerasan. Ibarat yg berbuat orang di luar Islam tetapi yg jd sasaran justru ummat Islam. Inilah yg namanya memfitnah dan memanfaatkan kelemahan berfikir masyarakat. Mengapa sasarannya pelajar menengah dan mahasiswa ? Ini kaitannya dengan lemahnya berfikir masyarakat. Ketika para pelajarnya sdh digambarkan dalam ancaman yg serius, mudah dicuci otak maka para orang tua khususnya akan begitu ketakutan karena mereka pun merasa yakin pendidikan agama yg selama ini diberikan di sekolah sangat kurang apalagi ditambah peran orang tua pun dalam memahami agama sangat minim. Bayangkan, jika orang tuanya saja sangat minim pemahaman agama Islam, bagaimana mereka akan memberikan ilmu kepada anaknya. Maka tidak heran jk kebanyakan orang tua mungkinsering hanya menasihati anaknya yg sdh beranjak dewasa dengan pesan jadi anak yang baik ya nak. Ketakutan para orang tua terhadap keadaan ini yg nantinya akan dimanfaatkan oleh para pembenci Islam untuk memfitnah dan membungkam aktivis Islam yg senantiasa menyampaikan kebenaran Islam tanpa kekerasan. Ketika aktivis Islam dengan cara damai dan lebih mengedepankan hujjah yg kuat, intelektualitas dengan mengajak para penentu kebijakan beserta aparatnya untuk berdiskusi tidak bisa dikalahkan dan tetap pada pendiriannya yg lebih kuat dari baja krn begitulah keimanan kepada Allah. Maka dengan cara apalagi untuk mengalahkan aktivis Islam selain dengan cara-cara kotor sekotor pemikiran para pembeci Islam yaitu menghembuskan fitnah dan kebencian terhadap Islam, dengan harapan masyarakat yg sdg lemah ini akan terpengaruh dan menjadikan aktivis Islam sebagai ancaman ditengah-tengah masyarakat sehingga harus diwaspadai. Diskusi-diskusi Islam akan sangat jadi momok bagi masyarakat.  Naudzubillah.

Seharusnya kasus cuci otak dan yang lainnya semisal ahmadiyah diselesaikan dengan cara Islam karena pelakunya baik direkayasa keberadaannya ataupun memang kesalahan berfikir dengan mengatasnamakan Islam dalam aktivitasnya  telah merusak ajaran Islam yg mulia. Mereka jelas telah menghalalkan yg diharamkan Allah dan mengaharamkan yg dihalalkan Allah. Jika saja tidak adanya rekayasa dari aparat Intelijen yg seharusnya melindungi Negara dan masyarakat serta tidak mengekor kepada kepentingan asing, masalah ini sdh bisa diselesaikan dengan cepat. Ummat Islam yg dirugikan dalam kasus ini akan sangat terbuka membantu mengungkap aktor dibalik ini dan menyerahkannya untuk dibina agar kembali kepada Islam atau menerima hukuman yg setimpal. Tp jika ummat Islam hanya menjadi penonton yg kemudian tiba-tiba dimunculkan karena ada kebutuhan, wajar jika masyarakat hanya melihat kasus ini sengaja dimunculkan demi tujuan pemesannya yaitu barat dan sekutunya.

Inilah salah satu bukti kebenaran Al Qur’an hingga akhir jaman tersebut di dalam Surah Al BAqarah ayat 217 :
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh, mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fii Dzilalil Quran menegaskan: “Sesungguhnya “fitnah terhadap agama” berarti permusuhan terhadap sesuatu yang paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu, ia lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada membunuh jiwa seseorang, menghilangkan nyawa dan menghilangkan kehidupan. Baik fitnah itu berupa intimidasi maupun perbuatan nyata atau berupa peraturan dan perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan manusia, merusak dan menjauhkan mereka dari manhaj Allah serta menganggap indah kekafiran dan memalingkan manusia dari agama Allah itu”.

Sebagai agama yang menekankan perdamaian, pada dasarnya Islam tidak menghendaki terjadinya peperangan dan permusuhan antar manusia meskipun mereka berbeda agama, tapi bila orang-orang kafir sudah sampai pada tingkat memerangi kaum muslimin, maka pembalasan harus dilakukan dan bila mereka berhenti memerangi umat Islam apalagi mereka masuk Islam, maka permusuhanpun diakhiri. Karena itu, Sayyid Quthb menambahkan: “Betapa mulianya Islam ini. Dia melambai-lambaikan ampunan dan rahmat bagi orang-orang kafir dan menggugurkan hukum qishash dari mereka semata-mata karena mereka mau masuk ke dalam barisan Islam setelah sebelumnya mereka membunuh dan memfitnahnya serta melakukan berbagai macam tindakan kasar terhadapnya. Tujuan perang ialah memberikan jaminan agar manusia tidak difitnah lagi dari (memasuki atau melaksanakan) agama Allah, dan agar mereka tidak dijauhkan atau dimurtadkan darinya dengan kekuatan atau semacamnya seperti kekuatan undang-undang yang mengatur kehidupan umum manusia dan kekuatan-kekuatan untuk menyesatkan dan merusak”.

Fitnah-fitnah dalam kehidupan sudah ada sejak jaman dahulu, dan Islam telah memberikan solusi yg paripurna. Solusi dari Pencipta Alam Semesta dan yg paling mengetahui urusan makhluk-makhluknya yaitu Allah Subhanahu wata’ala. Melalui Rasul-rasul-Nya yang mulai hingga penutup para Rasul yaitu yang mulia Rasulullah Muhammad solallahu ‘alaihi wa aalihi wassalam.

Jadi mana yang mau diambil, Islam dengan kemuliaannya atau Barat dengan permasalahannya ?
Demikianlah penjelasan yg ringkas ini, mudah-mudah bisa menjadi amalan saya sebagai pesan untuk membuka cakrawala berfikir kritis solutif dan tetap menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Minggu, 03 April 2011

Beri Kepercayaan dan Jangan Pernah Tertawakan

Kedua anak saya sudah menanti waktu pertunjukan Mr Hayes  yang akan mematahkan 100 balok kayu dalam waktu 10 detik.  Mr. Hayes  pemilik sekaligus guru taekwondow mereka di ATA Black Belt Academy.

Akhirnya jam 10 pagi, kami sekeluarga berangkat menuju tempat taekwondow mereka yang jauhnya 1 mile, tidak sampai 5 menit sudah sampai. Sesampai di sana sudah banyak teman-teman mereka yang hadir lengkap dengan seragam taekwondo, atas-bawah putih dengan sabuk berwarna sesuai tingkatan kemampuan anak. Anak-anak saya tidak memakai seragam karena niatnya hanya mau menonton Mr Hayes saja.

Saat memasuki kelas, kedua anak saya diminta bergabung dengan anak-anak yang lain untuk duduk di tempat latihan menonton video Power Kiz. Film tersebut bercerita tentang pertahan diri untuk anak-anak. Bagaimana jika mereka didekati orang tidak dikenal. Bagaimana melawan orang yang menangkap mereka, juga praktek langsung jika berhadapan dengan orang jahat.  Anak berlatih memukul bagian hidung, leher, mata dan telinga orang jahat tersebut.

Kamis, 31 Maret 2011

Mengkritik Pemimpin Secara Terbuka, Bolehkah?

Tanya :
Ustadz, bolehkah kita mengkritik pemimpin secara terbuka?

Jawab :
Hukumnya jaiz (boleh) mengkritik pemimpin secara terbuka, tidak haram. Dalilnya adalah kemutlakan dalil-dalil amar ma’ruf nahi mungkar kepada penguasa. (Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, Muhasabah al-Hukkam, hal. 60; Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).
Dalil-dalil tersebut antara lain sabda Nabi SAW,”Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdil Muthallib dan seseorang yang berdiri di hadapan seorang imam yang zalim lalu orang itu memerintahkan yang ma’ruf kepadanya dan melarangnya dari yang munkar, lalu imam itu membunuhnya.” (HR Tirmidzi dan Al-Hakim). Juga berdasarkan sabda Nabi SAW,”Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang haq kepada penguasa (sulthan) atau pemimpin (amiir) yang zalim.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Juga berdasarkan hadits Ubadah bin Ash-Shamit RA tentang baiat kepada imam yang di dalamnya ada redaksi,“dan kami akan selalu mengucapkan kebenaran dimana pun kami berada, kami tidak takut -karena Allah- terhadap celaan orang yang mencela.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Mengomentari dalil-dalil tersebut, Syaikh Muhammad Abdullah Al-Mas’ari berkata bahwa nash-nash tersebut bersifat mutlak, yakni tidak membatasi cara tertentu dalam menasehati nasehat penguasa, sehingga dapat disampaikan secara rahasia atau terbuka. (Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, ibid., hal. 60).

Selain dalil-dalil ini, kebolehan mengkritik pemimpin secara terbuka juga diperkuat oleh praktik para shahabat yang sering mengkritik para khalifah secara terbuka. Diriwayatkan dari Nafi’ Maula Ibnu Umar RA, ketika menaklukkan Syam, Khalifah Umar bin Khaththab tidak membagikan tanah Syam kepada para mujahidin. Maka Bilal RA memprotes dengan berkata,”Bagilah tanah itu atau kami ambil tanah itu dengan pedang!” (HR Baihaqi, no 18764, hadits sahih). Hadits ini menunjukkan Bilal mengkritik Khalifah Umar secara terbuka di hadapan umum. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.24)

Diriwayatkan dari ‘Ikrimah RA, Khalifah Ali bin Thalib RA telah membakar kaum zindiq. Berita ini sampai kepada Ibnu Abbas RA, maka berkatalah beliau,”Kalau aku, niscaya tidak akan membakar mereka karena Nabi SAW telah bersabda,”Janganlah kamu menyiksa dengan siksaan Allah (api),” dan niscaya aku akan membunuh mereka karena sabda Nabi SAW,’Barangsiapa mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” (HR Bukhari). Dalam hadits ini jelas Ibnu Abbas mengkritik Khalifah Ali bin Thalib secara terbuka. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, boleh hukumnya mengkritik pemimpin secara terbuka di muka umum, baik di media massa seperti di internet, koran, majalah, maupun saat demonstrasi, di pasar, di kampus, dan sebagainya.

Sebagian ulama mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits Iyadh bin Ghanam, bahwa Nabi SAW berkata,”Barangsiapa hendak menasehati penguasa akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang-terangan, tapi peganglah tangan penguasa itu dan pergilah berduaan dengannya. Jika dia menerima nasehatnya, itu baik, kalau tidak, orang itu telah menunaikan kewajibannya pada penguasa itu.” (HR Ahmad). Menurut Syaikh Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, hadits ini dha’if karena sanadnya terputus (inqitha’) dan ada periwayat hadits yang lemah, yaitu Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy. (Muhasabah al-Hukkam, hal. 41-43). Wallahu a’lam.

Jangan Rusak Jiwa Anak Kita!


Kamis, 31 Maret 2011

Hidayatullah.com—Anak yang membanggakan pasti merupakan idaman setiap orangtua. Merupakan hal yang wajar, bila anak yang berprestasi atau memiliki kelebihan kemudian menjadi buah bibir orangtuanya. Hal ini bisa kita lihat manakala para orangtua berkumpul, pasti ada saja topik yang membahas kebanggaan mereka terhadap anak.
Meskipun membanggakan anak awalnya merupakan tanda syukur kita terhadap karunia Allah, akan tetapi ada beberapa dampak yang harus kita waspadai manakala berbicara tentang hal ini.

Dampak pertama membanggakan adalah membandingkan. Manakala seseorang membanggakan sesuatu, ia akan cenderung mengganggap remeh hal lain yang menjadi pembandingnya. Dalam hal ini, orangtua yang membanggakan kelebihan anaknya pasti akan membandingkan kelebihan sang anak terhadap anak orang lain yang menjadi lawan bicaranya, secara langsung ataupun tidak. Kondisi membandingkan ini pasti akan menumbuhkan ketidaknyamanan dalam hati lawan bicara. Akibatnya, boleh jadi orangtua yang merasa dibandingkan tersebut “ngedumel” dalam hati atau malah balik menyerang dengan sanggahan dan berakhir dengan pertengkaran.

Dampak lanjutan dari membandingkan ini adalah perasaan rendah diri orangtua yang berada “di pihak yang kalah”. Mereka akan merasa bahwa anak mereka bukanlah orang-orang yang istimewa. Akibatnya, bukan hanya orangtua yang tertekan, anak-anak pun akan terkena dampak. Orangtua akan memaksa anaknya untuk mencapai keberhasilan yang sama.

Misalkan saja, orangtua yang memiliki anak berusia di atas satu tahun tetapi belum dapat berjalan cenderung memaksa anaknya untuk segera berjalan, meski hanya dengan mengeluh di depan anaknya, “Koq, kamu belum bisa jalan sih, Nak?”

Efeknya tentu dapat dirasakan pada harga diri anak. Alih-alih orangtua bertugas sebagai pembangun harga diri dan tempat berlindung anak, orangtua yang telah berada di bawah tekanan pembandingan justru akan melemahkan harga diri anak.

Bila hal ini tidak segera disadari dan diperbaiki oleh orangtua, anaklah yang menjadi korban dari sebuah ambisi kebanggaan.

Melihat buruknya dampak yang diakibatkan dari berbangga-bangga ini, tentu sebaiknya kita meninggalkan sikap ini manakala tengah berbicara tentang anak. Seorang ulama bahkan pernah berpesan untuk menghindari membangga-banggakan anak ini ketika kita berada dalam sebuah forum silaturrahim.

Karena, selain dapat berakibat buruk bagi anak, sikap ini juga dapat merusak persaudaraan.
Jangan berlebihan

Kita masih mengingat akan penyebab turunnya ayat 103 surat Ali Imran yaitu sikap bangga-membanggakan antar kabilah yang akhirnya nyaris memicu perkelahian antar sahabat Anshar. Belajar dari peristiwa ini, alangkah baiknya jika kita menghindari sikap bangga-membanggakan yang Allah firmankan dalam surat At-Takatsur ayat 1:

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.

Selain dapat merusak kehangatan persaudaraan, sikap berbangga ini akan membuat seseorang enggan datang bersilaturrahim atau malah menghindar untuk berbicara. Semua ini tentu akan melalaikan kita untuk menyambung tali silaturrahim dan saling tolong-menolong.

Padahal, telah sampai kepada kita ayat-ayat-Nya dan sunnah Rasul-Nya yang menyuruh kita untuk saling bahu-membahu dalam kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang dimurkai Allah. 
Tak sedikit di sekitar kita,  ada orangtua membangga-banggakan salah satu anaknya dan di saat yang sama menjatuhkan anaknya yang lain.

“Tiru tuh, kakakmu, bukan seperti kamu,” begitu salah satu orangtua yang pernah saya dengar membanding-bandingkan anaknya.

Padahal, dengan membanding-bandingkan,  akan membuat kerusakan pada jiwa masing-masing anak. Bagi yang dibanggakan ia berpotensi menjadi sombong, sementara bagi yang dijatuhkan, ia berpotensi menjadi rendah diri. Kedua-duanya akan berpotensi memiliki kepribadian buruk di kemudian hari.
Islam melarang sikap berlebihan. Dalam al_Quran  Allah Ta’ala berfirman:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar…" [An-Nisaa': 171]

Sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah bersabda:

“Permudahlah dan janganlah kalian mempersulit. Berikanlah berita gembira, dan janganlah kalian menakut-nakuti”

Orangtua harusnya besikap adil kepada semua anaknya. Tak perlu menekankan bahwa “anak harus bisa”. Karena setiap anak memiliki potensi berbeda. Alangkah indahnya, jika salah satu potensi dan kelebihan di antara anaknya menjadi pemacu spirit bagi yang lainnya.

Alangkah indahnya, bila dalam setiap bertemunya orangtua dengan anak, yang hadir hanyalah kata-kata positif yang dapat mendorong dan membantu dan memberi semangat untuk menjadi lebih baik.

Begitupun bila anak kita memiliki kelebihan, menjadi lebih indah, bila kelebihan tersebut dapat menjadi solusi bagi 
permasalahan saudara kita. Kelebihan tersebut dapat melengkapi kekurangan yang dimiliki saudaranya.

Apalagi bila kemudian menjadi kesyukuran dan kebanggaan bersama. Tentu ini akan membuat persaudaraan semakin rekat dan semangat untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik dalam kebaikan semakin subur.

Jika rasa cinta dan kasih sayang orangtua kurang tercurahkan pada diri anak-anak, tak mustahil ia hanya akan tumbuh sebagai pribadi berprilaku aneh di tengah komunitasnya. Sebaliknya, jika orangtua memberi rasa lebih cinta dan kasih sayang,  ia akan tumbuh menjadi pribadi barik di tengah kawan-kawannya. Ia akan menjadi percaya diri dan memiliki kepekaan sosial. Karena ituitu, kewajiban bagi orang tuauntuk memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang pada mereka.

Perkataan Ibnu Khaldun dalam Kitab Al Muqaddimah bisa menjadi renungan kita bersama;

Barangsiapa yang pola asuhannya dengan kekerasan dan otoriter, baik (ia) pelajar atau budak ataupun pelayan, (maka) kekerasaan itu akan mendominasi jiwanya. Jiwanya akan merasa sempit dalam menghadapinya. Ketekunannya akan sirna, dan menyeretnya menuju kemalasan, dusta dan tindakan keji. Yakni menampilkan diri dengan gambar yang berbeda dengan hatinya, lantaran takut ayunan tangan yang akan mengasarinya”.*

Kartika Trimarti, penulis lepas dan ibu rumah tangga tinggal di Bekasi

Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman).

Sebagian Amal Ahli Surga

Nabi saw bersabda: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).

Mengikuti Sunnah

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata: Rasulullah saw dan para pemimpin setelahnya telah menjalankan berbagai sunnah. Mengambil sunnah tersebut sama dengan membenarkan kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada ALLAH dan menguatkan agama ALLAH. Siapa saja yang mengamalkannya niscaya akan mendapatkan petunjuk, siapa yang memohon pertolongan kepada ALLAH dengan menjalankan sunnah maka ia pasti akan ditolong. Siapa yang menyalahi sunnah maka ia telah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, ALLAH akan memalingkannya dari kebenaran dan memasukannya ke neraka jahannam

(Ibnu Abdil Barr dalam jami’ bayan al-ilm juz 2 hal 187)

Pengaruh Dosa dan Taat

Rasulullah SAW telah bersabda: perumpamaan orang yang melakukan keburukan (dosa) kemudian melakukan kebaikan (taat) seperti orang yang memakai baju sempit yang mencekiknya. Kemudian dia berbuat baik maka lepaslah 1 lingkaran, kemudian ia berbuat baik lagi, maka lepaslah 1 lingkaran yang lain hingga akhirnya ia bisa melepaskan dirinya dari cekikan baju tersebut. (HR. Ahmad & Thobroni)

Hati Bersih dan Kotor

Rasulullah SAW pernah bersabda: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati. Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
 

. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers