Rasulullah sosok yang peduli terhadap kelestarian satwa. Beliau
pernah menegur sahabat yang mengambil anak burung dari sarangnya
Oleh: Moch. Arif Budiman*

Penyebab kerusakan alam
Permasalahan lingkungan yang kini dihadapi umat manusia umumnya disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena fenomena alam sebagai sebuah proses dinamika alam itu sendiri dan kedua,
sebagai akibat dari perbuatan dan kerakusan manusia. Dari dua penyebab
ini, manusia ternyata merupakan aktor dan kontributor utama dari semua
kerusakan alam yang terjadi. Sungguh ironis, perusakan yang dahsyat
terhadap lingkungan justru dilakukan oleh makhluk yang seharusnya
bertindak sebagai pelindung dan pemelihara planet ini.
Keserakahan
dan egoisme seringkali mendorong manusia melakukan hal-hal yang
berujung pada rusaknya alam, seperti penggundulan hutan, aktivitas
penambangan yang melampaui batas, konsumsi energi yang berlebihan dan
sebagainya. Banyak dari kita yang hanya memikirkan kenyamanan pribadi
tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan di sekitar
kita maupun lingkungan global secara keseluruhan.
Padahal,
kita semua bertanggung jawab sepenuhnya pada apa yang sedang terjadi
pada planet ini. Setiap tindakan kita sebagai individu pada akhirnya,
baik secara langsung maupun tidak, akan berdampak positif ataupun
negatif bagi keutuhan rumah kita satu-satunya ini.
Islam dan pelestarian lingkungan
Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan keseimbangan dan kelestarian
lingkungan. Banyak ayat-ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang membahas
tentang lingkungan. Pesan-pesan al-Qur’an mengenai lingkungan sangat
jelas dan visioner.
Dalam pandangan Islam,
manusia adalah makhluk terbaik di antara semua ciptaan Tuhan (QS. 95:4;
17:70) yang diangkat menjadi khalifah (QS.2:30) dan memegang tanggung
jawab mengelola bumi dan memakmurkannya (QS.33:72).
Sebagai
khalifah di muka bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan
diperintah berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. 28:77).
Bumi
dan semua yang berada di dalamnya pada hakikatnya diciptakan Allah
untuk manusia (QS. 2: 29). Segala yang ada di langit dan bumi, daratan
dan lautan, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan
buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak semuanya diciptakan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan hidup manusia (QS. 6:141).
Selain
konsep berbuat kabajikan terhadap lingkungan yang disajikan al-Quran,
Rasulullah SAW memberikan teladan untuk mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini dapat diperhatikan dari hadist-hadist Nabi,
seperti hadist tentang pujian dan ampunan Allah kepada orang yang
menyingkirkan duri dari jalan; menyingkirkan gangguan dari jalan adalah
sedekah, menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sebagian dari iman,
dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah perbuatan baik.
Di
samping itu, Rasulullah melarang merusak lingkungan, mulai dari
perbuatan yang sangat kecil seperti melarang membuang kotoran (manusia)
di tempat yang dapat mengganggu manusia. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa
Nabi bersabda, “Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan”. Sahabat
bertanya, “apakah dua hal itu ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “yaitu
orang yang membuang hajat di tengah jalan atau di tempat orang yang
berteduh”. Di dalam hadits lainnya ditambah dengan membuang hajat di tempat sumber air.
Rasulullah
juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagaimana diceritakan
dalam hadits riwayat Abu Daud. Rasulullah menegur seorang sahabat yang
pada saat perjalanan mengambil anak burung dari sarangnya. Karena
anaknya diambil, maka sang induk burung mengikuti terus kemana rombogan
itu berjalan. Melihat yang demikian, Rasulullah mengatakan “siapakah
yang telah menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya?
Kembalikanlah anak-anak burung tersebut kepada induknya!”
Abu
Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama sepeninggal Rasulullah,
menyampaikan pesan yang monumental kepada pasukannya yang akan berangkat
ke medan perang. “Ingatlah, kalian senantiasa dalam pengawasan Allah.
Bersikaplah sebagai ksatria, jangan menumpahkan darah wanita, anak-anak
atau orang tua. Jangan menebang pohon, membakar rumah atau lahan gandum,
jangan memotong pohon buah-buahan dan sembelihlah binatang ternak hanya
jika kalian memerlukannya.” Taujih (pengarahan) Abu Bakar ini sungguh
sangat bijaksana dan ramah lingkungan. Tidak mengherankan jika pesan
tersebut kemudian dikutip di dalam laporan akhir United Nations Special
Rapporteur on Human Rights and the Environment (Juli 1994).
Dari
paparan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan
untuk menjaga kelestarian lingkungan. Islam memberikan panduan yang
jelas bahwa sumber daya alam merupakan daya dukung bagi kehidupan
manusia yang harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sebab jika tidak,
maka rentetan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran,
kekeringan dan berbagai bencana alam lainnya akan menjadi
konsekuensinya.
“Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. 30:41).
Berdasarkan
ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah di atas, maka dalam
berinteraksi dan mengelola alam serta lingkungan hidup itu, manusia
secara umum mengemban tiga amanat dari Allah.
Pertama,
al-intifa’ yaitu mengambil manfaat dan mendayagunakan hasil alam dengan
sebaik-baiknya demi kemakmuran dan kemaslahatan. Kedua, al-i’tibar
yaitu manusia dituntut untuk senantiasa memikirkan dan menggali rahasia
di balik ciptaan Allah seraya dapat mengambil pelajaran dari berbagai
kejadian dan peristiwa alam. Ketiga, al-islah yaitu manusia diwajibkan
untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan itu.
Allah
SWT telah memberikan fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan
manusia. Oleh karena itu, dalam perspektif hukum Islam dapat dinyatakan
bahwa status hukum pelestarian lingkungan adalah wajib. Dengan demikian,
manusia dituntut untuk selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap
lingkungannya.
*)Penulis adalah staf Pengajar Politeknik Negeri Banjarmasin. Email:
mab.iium@gmail.commab.iium@gmail.com Mahasiswa Progam Doktoral Department of Economics KENMS International Islamic University Malaysia (IIUM)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.