Ketika KERJAMU TIDAK DIHARGAI, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN. Ketika USAHAMU dinilai TIDAK PENTING, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN. Ketika HATIMU terluka SANGAT DALAM, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN. Ketika kau harus LELAH & KECEWA, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.

Sabtu, 27 November 2010

Al Ma’mun, Kholifah Ahli Hadist Yang Peka

Selain dikenal sebagai Khalifah yang cerdas, al-Ma’mun juga dikenal sebagai Khalifah yang hafal Alquran dan ahli hadits. Abdullah bin Idris, salah satu ulama hadits Kufah telah meriwayatkan 100 hadits kepadanya. Setelah itu, al-Ma’mun pun mampu menghafalnya dengan baik di depan gurunya, yang membuatnya terkagum akan kecepatan dan ketepatan hafalannya.


Al-Ma’mun bukan saja hafal isinya, tetapi juga mengamalkannya. Inilah yang dipraktikkannya saat menjadi Khalifah. Yahya bin Aktsam menuturkan kisahnya, “Saya pernah menginap bersama al-Ma’mun. Saya terbangun di tengah malam dalam keadaan haus. Karena itu, saya membolak-balikkan badan saya karena menahan dahaga. Al-Ma’mun bertanya, ‘Wahai Yahya, apa yang terjadi denganmu?’ Saya katakan, ‘Saya merasa haus.’ Mendengar jawaban saya, dia langsung melompat dari tempat tidurnya. Tidak lama kemudian, dia pun datang dengan membawa segelas air. Saya bertanya kepadanya, ‘Mengapa Anda tidak panggil saja pelayan?’ Dia menjawab, ‘Saya tidak mungkin melakukannya. Karena ayah saya pernah mengatakan kepada saya, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin suatu kaum itu adalah pelayan mereka.” Dalam riwayat lain, hadits serupa diriwayatkan al-Ma’mun dari Jarir bin ‘Abdillah. Riwayat lain lagi, diriwayatkannya dari Ibn ‘Abbas (as-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa’, 266).

Itulah yang membuat al-Ma’mun sangat peka terhadap kondisi rakyatnya. Hudyah bin Khalid menuturkan pengalamannya, “Saya pernah diundang makan siang oleh al-Ma’mun. Ketika makanan telah diangkat semua ke dalam, saya sengaja mengambil makanan yang jatuh ke lantai. Al-Ma’mun menyaksikan apa yang saya lakukan. Dia pun bertanya, ‘Apakah kamu belum kenyang?’ Saya pun menjawab, ‘Tidak. Tetapi, saya pernah mendengar hadits dari Hammad bin Salamah, dia mendengar dari Tsabin al-Banani, dari Anas, dia berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang makan sesuatu yang ada di bawah hidangan, maka dia akan selamat dari kefakiran.” Mendengar ini, al-Ma’mun pun memberikan hadiah uang 1.000 Dinar (Rp. 1,275 milyar) kepada saya (as-Suyuthi, Tarikh, 258).

Begitu pekanya al-Ma’mun, hingga ketika Raja Romawi menghadiahkan 200 Rithl minyak misk dan 200 lembar kulit musang kepadanya, dia pun segera membalasnya seraya berkata kepada para pembantunya, “Berikanlah kepadanya jumlah yang berlipat ganda agar dia tahu akan kemuliaan Islam.” Karena Islam mengajarkan agar siapa saja yang bisa membalas pemberian, hendaknya membalas dengan pemberian yang lebih baik. Selain itu, dia juga ingin menunjukkan bahwa Islam lebih tinggi dan mulia, yang tidak bisa ditandingi oleh agama apapun, termasuk agama sang Raja.

Maka, al-Ma’mun pun berpesan kepada wazir-nya, Yahya al-Barmaki, “Wahai Yahya, gunakan kesempatan, selama masih ada, untuk memenuhi hajat rakyat. Karena bintang begitu cepat putarannya, dan waktu pun begitu cepat rotasinya untuk membiarkan rakyat pada suatu kondisi..”

Begitulah kepekaan seorang Khalifah dalam merespons setiap peristiwa. Lebih hebat lagi, karena respons itu merupakan manifestasi dari pemahamannya yang mendalam terhadap ajaran Islam yang memang tinggi dan mulia.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.

Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman).

Sebagian Amal Ahli Surga

Nabi saw bersabda: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).

Mengikuti Sunnah

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata: Rasulullah saw dan para pemimpin setelahnya telah menjalankan berbagai sunnah. Mengambil sunnah tersebut sama dengan membenarkan kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada ALLAH dan menguatkan agama ALLAH. Siapa saja yang mengamalkannya niscaya akan mendapatkan petunjuk, siapa yang memohon pertolongan kepada ALLAH dengan menjalankan sunnah maka ia pasti akan ditolong. Siapa yang menyalahi sunnah maka ia telah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, ALLAH akan memalingkannya dari kebenaran dan memasukannya ke neraka jahannam

(Ibnu Abdil Barr dalam jami’ bayan al-ilm juz 2 hal 187)

Pengaruh Dosa dan Taat

Rasulullah SAW telah bersabda: perumpamaan orang yang melakukan keburukan (dosa) kemudian melakukan kebaikan (taat) seperti orang yang memakai baju sempit yang mencekiknya. Kemudian dia berbuat baik maka lepaslah 1 lingkaran, kemudian ia berbuat baik lagi, maka lepaslah 1 lingkaran yang lain hingga akhirnya ia bisa melepaskan dirinya dari cekikan baju tersebut. (HR. Ahmad & Thobroni)

Hati Bersih dan Kotor

Rasulullah SAW pernah bersabda: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati. Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
 

. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers