Ketika KERJAMU TIDAK DIHARGAI, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN. Ketika USAHAMU dinilai TIDAK PENTING, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN. Ketika HATIMU terluka SANGAT DALAM, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN. Ketika kau harus LELAH & KECEWA, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.

Jumat, 03 Desember 2010

Majelis Mujahidin Temukan Seribu Kesalahan Fatal Terjemahan Versi Departemen Agama

Kamis, 02/12/2010 16:29 WIB | email | print | share

Selasa (30/11) pagi, Amir dan pengurus Majelis Mujahidin (MM) lainnya mendatangi sekretariat Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jalan Proklamasi, Jakarta, untuk bertemu dengan Pimpinan Pusat MUI.
Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib meminta MUI membahas temuaan MM ihwal banyaknya kekeliruan dan kesalahan fatal terjemahan harfiyah versi Departemen Agama RI sejak penerbitan awal hingga sekarang.

Amir MM Ustadz Muhammad Thalib, didampingi Ustadz Abu Jibriel, Ustadz Irfan S Awwas, Ustadz Muhammad Shabbarin Syakur, dan pengurus MM lainnya, diterima oleh Ketua MUI KH Ma'ruf Amin dan para pengurus MUI lainnya. Diantaranya, Ichwan Syam, Syukri Ghazali, Natsir Zubaidi, Umar Syihab, Anwar Abbas dan lain-lain.


Rupanya Pimpinan Gontor KH. Syukri Ghazali yang juga merupakan salah satu ketua MUI, menyadari hal yang sama terkait kekeliruan terjemahan Al Qur'an versi Depag.

MM menilai, maraknya berbagai aliran sesat yang mengatasnamakan agama, baik yang moderat maupun radikal, tidak dinafikan merupakan pengaruh serta dampak negatif dari penerjemahan Al Qur'an berbahasa Indonesia secara harfiyah, yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan syar'iyah.

Seperti diketahui, Al Qur'an dan terjemahnya versi Depag RI dilakukan secara harfiyah (leterliyk). Padahal, terjemahan Al Qur'an secara harfiyah, menurut Fatwa Ulama Jam'iyah Al-Azhar Mesir, Kerajaan Saudi Arabia, dan Negara-negara Timur Tengah, yang dikeluarkan tahun 1936 dan diperbarui lagi tahun 1960, hukumnya haram. Dinyatakan haram, karena bobot kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syar'iyah maupun ilmiyah, sehingga dapat menyesatkan serta mengambangkan aqidah kaum Muslimin.

Dalam audiensi dengan MUI, MM menyampaikan beberapa persoalan yang menjadi domain MUI berkaitan dengan adanya fatwa resmi beberapa negara Timur Tengah tentang penerjemahan Al Qur'an ke bahasa 'Ajam (non Arab) dan kekeliruan terjemahan Al Qur'an versi Depag (Kemenag) RI yang beberapa kali mengalami revisi (edisi terbaru adalah Al Qur'an dan Terjemahannya cetakan 2010).

Setelah melakukan penelitian dan kajian seksama terhadap Al Qur'an dan Terjemahnya versi Depag RI, dari masa ke masa mulai penerbitan awal hingga sekarang, MM menemukan banyak kekeliruan dan penyimpangan yang sangat fatal dan berbahaya, baik dari segi makna lafadh secara harfiyah, makna lafadh dalam susunan kalimat, makna majazy atau haqiqi, juga tinjauan tanasubul ayah, asbabun nuzul, balaghah, penjelasan ayat dengan ayat, penjelasan hadits, penjelasan sahabat, sejarah dan tata bahasa Arab (kaidah yang direkomendasikan oleh Abu Hayyan). Termasuk yang dikemukakan oleh Imam Dzahabi, bahwa seorang mutarjim Al Qur'an ke bahasa lain harus memperhatikan perbedaan struktur bahasa Arab dengan bahasa terjemahannya.

"MUI sebagai lembaga fatwa harus memiliki sikap tegas menanggapi fatwa seputar terjemah Al Qur'an secara harfiyyah dalam bahasa Indonesia yang sudah lama beredar di Indonesia , bahkan dicetak oleh percetakan Arab Saudi.

Diantara yang sudah beredar adalah terjemahan yang dilakukan oleh tim Depag RI yang dilakukan sejak 1968 kemudian direvisi oleh Kemenag RI (2010). Dan ternyata tetap mempertahankan terjemahan Al Qur'an secara harfiyyah," ujar Sekjen Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Shabbarin Syakur menambahkan.

MM mendesak para ulama di Indonesia , khususnya MUI untuk membahas tarjamatul Qur'an secara syar'iyyah dan 'ilmiyyah. Dalam kaitan itu, MM dapat berpartisipasi menyampaikan pokok-pokok pikiran berkenaan dengan tarjamatul Qur'an ke dalam bahasa Indonesia.

MM percaya bahwa MUI tidak akan menganggap sepele persoalan ini, dan bersedia melakukan kajian hingga tuntas, kemudian mengumumkan kepada masyarakat Indonesia dan kaum Muslimin khususnya.
Tak dipungkiri, persoalan ini memerlukan pembahasan yang mendalam, waktu yang tidak pendek dan tentunya mengundang pihak-pihak yang kapabel guna mendapatkan kebenaran yang meyakinkan dan shahih.

Atas laporan MM, Ketua MUI KH M'aruf Amin berjanji akan mempelajari kekeliruan Al Qur'an dan Terjamahnya versi Depag RI.

Bahkan MUI akan menjadi mediator untuk menyampaikan persoalan ini ke Kementerian Departemen Agama.(Adhes Satria/arrahmah)

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.

Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman).

Sebagian Amal Ahli Surga

Nabi saw bersabda: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).

Mengikuti Sunnah

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata: Rasulullah saw dan para pemimpin setelahnya telah menjalankan berbagai sunnah. Mengambil sunnah tersebut sama dengan membenarkan kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada ALLAH dan menguatkan agama ALLAH. Siapa saja yang mengamalkannya niscaya akan mendapatkan petunjuk, siapa yang memohon pertolongan kepada ALLAH dengan menjalankan sunnah maka ia pasti akan ditolong. Siapa yang menyalahi sunnah maka ia telah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, ALLAH akan memalingkannya dari kebenaran dan memasukannya ke neraka jahannam

(Ibnu Abdil Barr dalam jami’ bayan al-ilm juz 2 hal 187)

Pengaruh Dosa dan Taat

Rasulullah SAW telah bersabda: perumpamaan orang yang melakukan keburukan (dosa) kemudian melakukan kebaikan (taat) seperti orang yang memakai baju sempit yang mencekiknya. Kemudian dia berbuat baik maka lepaslah 1 lingkaran, kemudian ia berbuat baik lagi, maka lepaslah 1 lingkaran yang lain hingga akhirnya ia bisa melepaskan dirinya dari cekikan baju tersebut. (HR. Ahmad & Thobroni)

Hati Bersih dan Kotor

Rasulullah SAW pernah bersabda: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati. Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
 

. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers