Ketika KERJAMU TIDAK DIHARGAI, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN. Ketika USAHAMU dinilai TIDAK PENTING, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN. Ketika HATIMU terluka SANGAT DALAM, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN. Ketika kau harus LELAH & KECEWA, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.

Senin, 24 Januari 2011

Antara Hikmah Shalat Berjamaah dan Sajadah

Panggilah Adzan sholat Ashar mulai terdengar sayup-sayup ditengah hingar bingarnya deru suara kendaraan roda dua maupun roda empat. Tampak terlihat beberapa orang bergegas meninggalkan rutinitas untuk memenuhi panggilan suara Adzan tersebut.

Saya sendiri dan beberapa rekan kerja pun mendatangi Masjid yang tidak jauh dari tempat kerja kami. Bahkan berjalan kaki pun masih terasa dekat. Alhamdulillah.
Setibanya di Masjid kami mulai ke tempat wudhu untuk mengambil air wudhu. Kemudian bergegas mendirikan sholat rawatib dua raka’at qobla Ashar.
Tak lama kemudian adzan kecil atau iqomat mulai terdengar, pertanda Sholat Fardhu Ashar akan dimulai. Para jama’ah mulai berdiri dan mulai menempati barisan sholat atau shaf. Sang Imam pun mengiantakan para Jama’ah dengan mengucapkan "sawwu shufuu fakum fa inna taswiyatash shufuufi min tamamishsholat" (yang artinya Rapatkan shof2 kalian sesungguhnya rapatnya shof2 (bagian) dari sempurnanya sholat").


Namun, seperti pada sholat-sholat sebelumnya, barisan itu tidaklah rapat. Kenapa? tidak lain penyebabnya adalah Sajadah yang menjadi alas untuk sholat tersebut.

Ya, Sajadah. Sajadah yang membentuk kotak-kotak. Seolah-olah satu kotak untuk satu orang. Padahal ukuran 2 kotak sajadah itu muat untuk 3 orang. Jadi bisa dibayangkan akibatnya jika satu kotak masing-masing dari jama’ah hanya mau menempati satu kotak, bukan 2 kotak untuk 3 orang.

Akibatnya, banyak celah-celah yang renggang atau tidak rapat antar barisan/shaf tersebut.
Padahal Rasulullah pernah bersabda’ :
Rasulullah bersabda:
أَقِيْمُوْا الصُّفُوْفَ وَ حَاذُوْا بَيْنَ المَنَاكِبِ وَ سُدُّوْا الخَلَلَ ولِيْنُوْا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ وَلاَتَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ, وَ مَنْ وَصَّلَ صَفًّا وَصَّلَهُ الله وَ مَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ الله
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, jadikanlah sejajar diantara bahu-bahu kalian, tutuplah celah yang kosong, bersikap lunaklah terhadap tangan saudara-saudara kalian dan jangan kalian meninggalkan sedikitpun celah-celah bagi syaithan. Barang siapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” (HR Abu Dawud no.666 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Rasulullah bersabda:
سَوُّوا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوْفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk bagian dari mendirikan shalat.” (H.R Al Bukhari)
Pada satu sisi kita sangat bersyukur banyaknya umat Islam yang sadar akan keutamaan dari sholat berjama’ah. Bahkan sebagian ’ulama menghukuminya sebagai fardhu ’ain untuk sholat berjama’ah, walaupun ada sebagian juga yang menghukumi dengan fardhu kifayah.

Dengan sholat berjama’ah, umat ini akan bersatu. Karena salah satu hikmah sholat berjama’ah di Masjid adalah Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara tepat. Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
Namun, hikmah sholat berjama’ah tersebut menjadi sedikit tercoreng karena tidak rapatnya barisan kaum muslim dalam sholat berjama’ah itu sendiri yang disebabkan oleh Sajadah yang terkotak-kotak.

Salah Siapa?
Kita tidak boleh serta merta menyalahkan yang membuat Sajadah. Walaupun secara tidak langsung mereka turut andil dalam pengkotak-kotakan shaf sholat tersebut. Yang harus dilakukan adalah semakin menyadarkan umat akan wajibnya merapatakan barisan shaf dalam sholat tanpa melihat lagi sajadah yang berkotak-kotak.

Memang agak berat, namun kita bisa memulainya dari diri kita, mengingatkan keluarga, kerabat, teman, lingkungan kerja dan sekitarnya. Bahkan jika kita berstatus sebagai da’i, maka kita wajib bisa mengingatkan jama’ah kita akan wajibnya merapatkan shaf dalam sholat.Wallahu A’lam bis-showab. []

Adi Victoria
Al_ikhwan1924@yahoo.com
http://adivictoria1924.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.

Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman).

Sebagian Amal Ahli Surga

Nabi saw bersabda: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).

Mengikuti Sunnah

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata: Rasulullah saw dan para pemimpin setelahnya telah menjalankan berbagai sunnah. Mengambil sunnah tersebut sama dengan membenarkan kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada ALLAH dan menguatkan agama ALLAH. Siapa saja yang mengamalkannya niscaya akan mendapatkan petunjuk, siapa yang memohon pertolongan kepada ALLAH dengan menjalankan sunnah maka ia pasti akan ditolong. Siapa yang menyalahi sunnah maka ia telah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, ALLAH akan memalingkannya dari kebenaran dan memasukannya ke neraka jahannam

(Ibnu Abdil Barr dalam jami’ bayan al-ilm juz 2 hal 187)

Pengaruh Dosa dan Taat

Rasulullah SAW telah bersabda: perumpamaan orang yang melakukan keburukan (dosa) kemudian melakukan kebaikan (taat) seperti orang yang memakai baju sempit yang mencekiknya. Kemudian dia berbuat baik maka lepaslah 1 lingkaran, kemudian ia berbuat baik lagi, maka lepaslah 1 lingkaran yang lain hingga akhirnya ia bisa melepaskan dirinya dari cekikan baju tersebut. (HR. Ahmad & Thobroni)

Hati Bersih dan Kotor

Rasulullah SAW pernah bersabda: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati. Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
 

. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers