Ketika KERJAMU TIDAK DIHARGAI, maka saat itu kau sedang belajar arti KETULUSAN. Ketika USAHAMU dinilai TIDAK PENTING, maka saat itu kau sedang belajar arti KEIKHLASAN. Ketika HATIMU terluka SANGAT DALAM, maka saat itu kau sedang belajar arti MEMAAFKAN. Ketika kau harus LELAH & KECEWA, maka saat itu kau sedang belajar arti KESUNGGUHAN.

Minggu, 27 Maret 2011

Israaf : Lalai Terhadap Realitas Kehidupan dan Bermewah-mewah

Umat manusia saat ini dapat diibaratkan sedang berdiri dipinggir suatu jurang yang amat dalam. Jika bumi digoncangkan dari bawah, niscaya mereka akan jatuh dan terjerumus ke dalam jurang kebinasaan dan kehancuran.

Keberadaan kaukm muslimin sendiri saat ini kebanyakan tengah berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka tengah diliputi oleh kehinaan, kepiluan, dan kerendahan martabat, baik karena masalah ekonomi, sosial, politik dan yang lainnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang “beku” perasaannya dan “mati” rasa belas kasihannya ia akan mudah berlakuk israaf, yakni hidup dengan bermewah-mewah dan mengumbar kesenangan duniawi.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam senantiasa memperhatikan dan memprihatinkan keadaan umat manusia, baik sejak sebelum Beliau SAW diutus menjadi sorang rasul maupun setelahnya, sehingga Beliau sempat mendapat teguran dari Allah. Sebagaimana firman-Nya :
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِن لَّمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka (apakah) barangkali engkau membunuh dirimu karna bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” (QS. Al-Kahfi [18] : 6)

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
“Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu karena mereka tidak beriman.” (QS. As-Syura [26] : 3)

أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihanmu terhadap mereka.” (QS. Fathir [35] : 8)

Lalai Terhadap Dampak Buruk Akibat Israaf :
Sikap israaf akan menimbulkan dampak yang sangat membahayakan serta membinasakan, sebagaimana yang akan kami kemukakan lebih lanjut. Menurut tabiatnya, manusia itu tidak akan melakukan sesuatu jika ia menyadari akibat-akibat buruk yang akan ditimbulkan dai pekerjaannya. Jika merek amasih ssaja melakukan suatu pekerjaan padahal mereka telah mengetahui dampak-dampak buruk yang bakal menghadangnya, mak amereka tergolong orang-orang yang nekad alias tidak mau mengambil pelajaran, jka tidak mau disebut orang-orang yang bodoh.

Begitu pula halnya dengan dampak buruk yang akan ditimbulkan dari penyakit israaf ini. Jika mereka mengetahuiny, pasti mereka akan berhati-hati agar tidak sampai terpuruk ke lembah jenis penyakit rohani yang membahayakan ini.

Atas dasar inilah,maka setiap aktivis muslim sudah semestinya mengetahui, menyadari, dan menghindarkan diri agar jangann sampai dirinya terjangkiti penyakit israaf ini. Semoga dengan membaca ini, kiranya dapat memetik ibrah (pelajaran) untuk mewasdai dari ancamannya. Insya Allah

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar positif dan membangun dari blogger sekalian.

Dua Tetes dan Dua Bekas yang Paling Dicintai Allah

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah daripada dua tetes dan dua bekas. Setetes air mata yang menetes karena takut kepada Allah, dan setetes darah yang tumpah di jalan Allah. Adapun yang dua bekas, maka yaitu bekas-di antaranya adalah bekas jihad-di jalan Allah, dan bekas dari melakukan kewajiban di antara kewajiban-kewajiban dari Allah.” (HR. Tirmidzi). Abdullah bin Umar, semoga Allah senantiasa meridhai keduanya berkata: “Sungguh aku meneteskan air mata karena takut kepada Allah itu lebih aku cintai daripada aku bersedekah seribu dinar.” (HR. Baihaqi dalam Sya’bul Iman).

Sebagian Amal Ahli Surga

Nabi saw bersabda: Sungguh jika seorang muslim berinteraksi dengan masyarakat dan sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (akibat interaksi), lebih baik daripada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tidak sabar atas hal-hal yang menyakitkan dari mereka (HR. at-Tirmidzi, 9/416).

Mengikuti Sunnah

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata: Rasulullah saw dan para pemimpin setelahnya telah menjalankan berbagai sunnah. Mengambil sunnah tersebut sama dengan membenarkan kitabullah, menyempurnakan ketaatan kepada ALLAH dan menguatkan agama ALLAH. Siapa saja yang mengamalkannya niscaya akan mendapatkan petunjuk, siapa yang memohon pertolongan kepada ALLAH dengan menjalankan sunnah maka ia pasti akan ditolong. Siapa yang menyalahi sunnah maka ia telah mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman, ALLAH akan memalingkannya dari kebenaran dan memasukannya ke neraka jahannam

(Ibnu Abdil Barr dalam jami’ bayan al-ilm juz 2 hal 187)

Pengaruh Dosa dan Taat

Rasulullah SAW telah bersabda: perumpamaan orang yang melakukan keburukan (dosa) kemudian melakukan kebaikan (taat) seperti orang yang memakai baju sempit yang mencekiknya. Kemudian dia berbuat baik maka lepaslah 1 lingkaran, kemudian ia berbuat baik lagi, maka lepaslah 1 lingkaran yang lain hingga akhirnya ia bisa melepaskan dirinya dari cekikan baju tersebut. (HR. Ahmad & Thobroni)

Hati Bersih dan Kotor

Rasulullah SAW pernah bersabda: Fitnah (dosa) akan datang menyambangi hati berturut-turut secara bergantian. Maka hati mana saja yang dimasukinya akan terdapat titik hitam, dan hati mana saja yang mengingkarinya maka terdapat titik putih, hingga ahirnya adalah 2 hati. Pertama, hati yang putih bersih seperti batu yang licin dan mengkilap, hati seperti ini tidak akan bisa dipengaruhi oleh fitnah (dosa) selama ada langit dan bumi (selamanya). Kedua, hati yang hitam legam bagaikan gelas yang terbalik (tumpah), hati seperti ini tidak mengenal kebaikan (Islam) dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali hanya mengenal nafsu yang masuk kedalamnya. (HR. Muslim)
 

. Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers